Suatu hari pada awal bulan februari 2004, aku sudah merasa agak familiar dengan apa yang namanya kota Surabaya soalnya aku sudah 2 bulan berada di Surabaya. Aku emang agak lambat untuk mengenal lingkungan karena aku lebih suka berada di kamar sendirian.
Suatu sore ketika aku sedang di Delta plaza buat beli beberapa kebutuhan sehari-hariku dan kebutuhan mandi. Saat itu aku memasuki plaza itu dengan santainya karena aku memang tidak terburu-buru, dan aku memasuki salah satu swalayan disitu dan memilih-milih barang kebutuhanku, dan setelah selesai aku pergi ke kasir dan antri disitu.. Dan emang lumayan panjang antriannya karena malam minggu.
Karena agak bosan antri maka aku tengok kanan kiri dan depan belakang kayak orang kampung. Ketika kuperhatiin di depanku ternyata seorang ibu-ibu yang membawa banyak belanjaan di keranjang belanjanya, dan nampaknya dia agak keberatan. Ketika kuperhatiin lebih lanjut ternyata dia lumayan menarik walaupun badannya agak over weight. Dari wajahnya kuperkirakan sekitar umur 35 tahun, tingginya sekitar 158 dan beratnya sekitar 65 kg. Kuperhatiin payudaranya sekitar 34C wah? Gede banget? Sampai terbayang pikiran kotor di otakku yang emang ngeres. Posisi dia yang berdiri agak menyamping jadi aku bisa puas memandanginya dari samping dan ketika dia menengokku (mungkin merasa di perhatiin) dan matanya bentrok dengan mataku dan dia tersenyum padaku hingga aku agak malu karena kepergok memandanginya sebegitu detail.
Pada saat giliran wanita di depanku dia mengangkat barang-barang belanjaannya dan salah satu barang belanjaannya jatuh secara otomatis aku menangkapnya dan ternyata dia juga berusaha menangkap barang tersebut sehingga walaupun barang itu terpegang olehku ternyata terpegang juga oleh tangannya sehingga kami seolah-olah bergandengan tangan.
"Maaf Mbak," kataku agak malu karena menyentuh tangannya yang halus dan hangat itu.
"Enggak apa-apa kok Dik, terima kasih telah membantu menangkap belanjaan saya yang jatuh" jawabnya sambil tersenyum.
Kemudian dia melanjutkan aktifitasnya dengan kasir, setelah selesai semua dia keluar dan menoleh kepadaku sambil menganggukan kepalanya kepadaku dan bibirnya tersenuym manis. Dan akupun menganggukkan kepala sambil tersenyum.
Setelah selesai belanja kemudian aku jalan agak santai menuju pintu keluar, ternyata di loby wanita itu masih berada di loby tersebut dan disampingnya banyak belanjaannya, kemudian aku lewat di depannya dengan cueknya dan pura-pura nggak mengenalinya.
"Ech, Dik" kata wanita itu sambil mengejarku.
"Iya Mbak, ada apa.. Ech.. Ini Mbak yang tadi yaa" kataku.
"Iya Dik, adik mau Bantu Mbak nggak Dik" tanya wanita itu.
"Kalau saya bisa membantu Mbak dengan senang hati saya Bantu Mbak. Och ya, nama saya Dony.." kataku sambil mengulurkan tanyaku.
"Saya Ida," kata wanita itu sambil mengulurkan tangannya.
"Apakah yang bisa saya Bantu Mbak" tanyaku.
"Itu, barang-barang Mbak kan banyak jadi bingung bawanya ke mobil Mbak, jadi kalau bisa minta tolong ama Dik Dony buat bantuin Mbak angkat barang-barang Mbak ke mobil. Itupun kalau Dik Dony enggak keberatan" kata wanita itu sambil tersenyum tetapi tatapannya penuh permohonan.
"Oh, gitu, kalau cuma gitu sih gampang soalnya barang-barang saya cuma dikit jadi enggak masalah kalau cuma Bantu Mbak" jawabku sambil mendekati barang belanjaan Mbak Ida.
"Terima kasih sebelumnya lho Dik Dony, Mbak telah merepotkan" kata Mbak Ida agak kurang enak.
"Enggak apa-apa kok Mbak biasa. O.. Ya.. Mobil Mbak di sebelah mana" tanyaku.
"Disana itu" kata Mbak Ida sambil menunjuk mobil Suzuki baleno warna hitam metalik.
Kemudian kami jalan bareng menuju ke mobil tersebut dan aku mengakat barang-barang belanjaan mabk Ida, lumayan berat sih, tapi demi Mbak yang menarik ini aku mau. Setelah meletakkan seluruh barang belanjaan Mbak Ida kemudian aku pamit pergi.
"Terima kasih lho Dik Dony, telah bantuin Mbak. O.. Ya. Dik Dony rumahnya dimana" tanya Mbak Ida.
"Rumah saya di jl. M" jawabku pendek sambil memandang tubuh Mbak Ida yang sexy itu.
"Kalau gitu kita barengan aja pulangnya, soalnya Mbak rumah di perumahan G jadi kan dekat" ajak Mbak Ida.
"Enggak usah Mbak ntar ngrepotin Mbak ajak" tolakku dengan halus.
"Gak ngrepotin kok, Mbak malah senang kalau Dik Dony mau bareng ama Mbak soalnya jadi ada yang diajak ngobrol waktu nyetir" katanya sambil memintaku masuk ke mobil.
Kemudian aku masuk dan setelah dijalan kami mengobrol banyak, ternyata Mbak Ida sudah punya suami dan seorang anak laki-laki berumur 4 tahun. Dia cerita bahwa suaminya seorang pelayar jadi pulangnya 6 bulan sekali bahkan terkadang setahun sekali dan dia tinggal dirumah dengan anak dan pembantunya.
"Mampir ke rumah Mbak dulu ya Dik Dony, nanti biar Mbak anterin Dik Dony kalau sudah bawa barang-barang kerumah" kata Mbak Ida dan aku hanya mengangguk.
Ketika memasuki gerbang rumahnya dan kulihat sebuah rumah yang sangat mewah. Dan akupun membawa barang-barang Mbak Ida ke dalam rumahnya, kemudian aku dipersilahkan duduk di ruang tamu.
"Dik Dony mau minum apa" tanya Mbak Ida.
"Enggak usah Mbak, lagian bentar lagi kan saya pulang" jawabku.
"Minum dulu deh sambil kita ngobrol, Mbak sudah lama nggak ada teman ngobrol. Mau susu dingin" tanya Mbak Ida.
"Boleh" jawabku singkat.
"Sambil nunggu minuman Dik Dony nonton aja dulu" katanya Mbak Ida sambil mengambil remote TV dan menyerahkannya padaku dan kemudian dia pergi kebelakang untuk mengambil minum buatku.
Ketika kuhidupkan TV ternyata otomatis ke dvd dan filmnya ternyata film semi porno. Cuek aja aku nonton, enggak kusadari ternyata Mbak Ida lama mengambil minuman dan akupun asyik nonton film semi porno tersebut.
"Suka nonton gituan ya Dik," tanya Mbak Ida mendadak sudah berada dibelakangku.
Aku tersentak kaget dan malu, lalu kumatiin TV-nya. Kulihat Mbak Ida sudah ganti pakaiannya, sekarang mabk Ida memakai celana pendek dan you can see. Sehingga nampak pahanya yang putih mulus dan ternyata dia tIdak memakai bra sehingga nampak putingnya membayang di balik you can see nya tersebut.
"Ech, enggak usah di matiin, Dik Dony kan sudah besar ngapain malu nonton gituan. Mbak juga suka kok nonton film gituan jadi baiknya kita ngobrol sambil nonton bareng" kata Mbak Ida.
Lalu kuhidupkan lagi TV tersebut dan kami mengobrol sambil nonton film tersebut, ketika kuperhatiin ternyata nafas Mbak Ida nampak nggak teratur, nampaknya Mbak Ida sudah menahan hornynya. Dan Mbak Ida merapat ketubuhku sambil tangannya meremas tanganku. Kemudian dia berusaha menciumku dan aku berusaha menghindar.
"Jangan Mbak" kataku.
"Kenapa Dik, apa Mbak sudah terlalu tua sehingga nggak menarik lagi buat Dik Dony" kata Mbak Ida.
"Bukan gitu Mbak, Mbak sih cantik dan sexy, lelaki mana seh yang enggak tertarik ama Mbak. Tapi kan Mbak sudah punya suami dan nanti kalau di lihat ama pembantu Mbak kan enggak enak," jawabku.
"Ah.. Suami Mbak sudah 8 bulan nggak pulang sehingga Mbak kesepian, Dik Dony mau kan nolong Mbak buat ilangin kesepian Mbak. Sedangkan pembantu Mbak sedang dilantai atas main-main ama anak Mbak" kata Mbak Ida.
Tanpa menjawab kubalas ciuman Mbak Ida dengan lembut dan tanganku mulai bermain dibalik baju Mbak Ida sehingga tanganku bisa meremas-remas lembut payudara Mbak Ida yang besar dan sexy tersebut. Nafas Mbak Ida semakin nggak beraturan dan mulutnya mulai mendesis-desis ketika lIdahku sudah bermain di bagian leher dan telinga Mbak Ida.
"Kita ke kamar Mbak yuk" kata Mbak Ida.
Kemudian kami berjalan menuju kamar Mbak Ida. Sesampai di kamar Mbak Ida, Mbak Ida langsung menerkamku dan menciumiku, dan akupun nggak kalah sigapnya. Kuciumi seluhur leher Mbak Ida dan telinganya dan tak lupa lIdahku bermain di leher dan telinganya sedangkan tanganku meremas, mengelus payudara Mbak Ida dan semakin kebawah.
Kemudian kubuka baju Mbak Ida, wah.. ternyata tubuhnya sangat sexy dengan sepasang payudara yang besar berukuran 34 C dan masih kencang dan nggak nampak kalau Mbak Ida pernah melahirkan seorang anak. Payudaranya yang mengacung ke atas dengan sepasang puting yang berwarna merah kehitaman. Kemudian kuciumin payudara Mbak Ida, kuisap putingnya dan kugigit-gigit kecil sehingga Mbak Ida mengluh dan mendesis menahan nikmatnya kenikmatan yang kuberikan.
Kemudian setelah puas dengan payuadaranya kemudian kubuka celana pendek Mbak Ida, dan nampaklah sebuah lebah mungil yang indah dan ditumbuhi dengan bulu-bulu yang hitam dan halus. Kucium lembah tersebut sampai Mbak Ida tersentak kaget, aku nggak peduli, kemudian kujilati klitorisnya yang berwarna hitam kemerah-merahan. Mbak Ida menjerit-jerit menahan kenikmatan dan tak lama kemudian air mani Mbak Ida membanjir keuluar dari dalam liang vaginanya. Mbak Ida terkulai lemas.
"Apa yang kamu lakukan sayang. Suami Mbak nggak pernah memperlakukan Mbak seperti ini. Dik Dony emang luar biasa" kata Mbak Ida.
Kemudian aku melanjutkan lagi kegitatan lIdahku di sekitar leher dan telinga sedangkan kedua tanganku berada di kedua payudara Mbak Ida yang sangat sexy itu. Mbak Ida mulai menggeliat-geliatkan tubuhnya karena menahan kenikmatan yang tIdak tertahankan olehnya. Tangan Mbak Ida merengut bajuku hingga lepas dan kemudian membuka celana panjangku sehingga aku hanya memakai celana dalam saja. Mr P ku yang sudah tegang nongol dari celana dalamku karena emang Mr P-ku kalau sedang tegang selalu nongol dari balik celana dalam karena celana dalamku nggak muat buat menampung besar dan panjangnya Mr P-ku. Mbak Ida terbelalak melihat Mr P-ku yang nongol dari balik celana dalamku dan kemudian dia membuka celana dalamku sehingga rudal andalanku ngacung di depan mata Mbak Ida yang memandangnya dengan bengong.
"Wah.. kok besar banget Dik Dony, punya suami Mbak aja enggak sebesar ini dan jauh lebih kceil" kata Mbak Ida sambil mengelus Mr. P ku.
Kemudian lIdahku sudah bermain di payudara Mbak Ida dan Mbak Ida sudah menjerit-jerit keenakan dan tangannya mengocok-kocok rudalku. Kemudian aku mulai alihkan perhatianku ke Vagina Mbak Ida dan kujilati vagina Mbak Ida sehingga Mbak Ida seperti kejang-kejang menerima serangan lIdahku pada vaginanya. Kumasukkan lIdahku ke liang vagina Mbak Ida yang sudah banjir kembali itu.
"Sudah donk sayang, jangan siksa Mbak. Cepat masukan punyamu sayang" kata Mbak Ida memohoin karena sudah nggak tahan menahan rangsangan yang kuberikan.
Tanpa perintah dua kali kemudian kuarahkan rudahku ke liang vagina Mbak Ida, ternyata nggak bisa masuk, lalu ku gesek-gesekan kepala rudalku buat penetrasi supaya rudalku bisa masuk ke liang kemaluan Mbak Ida. Setelah kurasakan cukup penetrasinya kemudian kumasukan rudalku ke liang senggamanya. Kepala rudalku sudah masuk ke liang vaginanya ketika kucoba buat masukkan semuanya ternta nggak bisa masuk karena liang vagina Mbak Ida sangat sempit buat rudalku yang berukuran 17 cm dan berdiameter 4 cm.
Lalu kukeluar masukan perlahan-lahan ke[ala rudalku dan kemudian kutekan agak paksa rudalku supaya masuk ke dalam liang vagina Mbak Ida. Kulihat wajah Mbak Ida meringis aku jadi nggak tega maka kuhentikan gerakan rudalku dan mulutku mulai beraksi lagi di seputar dada Mbak Ida sehingga Mbak Ida mendesah-desah keras. Lalu kucoba memasukan rudalku dan ternyata bisa masuk ¾ bagian dan kemudian kugerakan keluar masuk dan itu ternyata mebuat Mbak Ida kelimpungan dan mulutnya menjerit-jerit nikamat dan kepalanya di geleng-gelengkan kekiri dan ke kanan sedangkan tangannya mencengkeram pinggiran kasur.
Lalu ketekan rudalku lebih keras hingga amblas ke liang vagina Mbak Ida dan sampai menyentuh dinding rahim Mbak Ida. Kemudian ku gerakan keluar masuk di liang vagina Mbak Ida, Mbak Ida berteriak-teaik keras ketika ku gerak-grwakkan rudalku dengan cepat dan tak lama kemudian kurasakan ada jepitan yang keras dari liang vagina Mbak Ida dan tubuh Mbak Ida mengejang dan terasalah semburan hangat pada kepala rudalku dari liang vagina Mbak Ida. Mbak Ida terkulai lemas setelah menikmati orgasmenya tersebut. Tanpa kucabut rudalku dari liang vagina Mbak Ida kemudian ku pelutk tubuh Mbak Ida yang montok dan kucium keningnya.
"Hebat kamu Dik, aku baru sekali ini menikmati kenikmatan yang luar biasa" kata Mbak Ida sambil memandangku dengan kagum, karena aku belom keluar keringat sedikitpun.
Setelah kurasakan Mbak Ida sudah agak pulih nafasnya kemudian ke genjot lagi rudalku dIdalam vagina Mbak Ida. Dan itu berlalu sampai ronde yang ke delapan dengan berbagai gaya yang kami lakukan.
"Kok belum keluar juga sayang, Mbak sudah lemas nih, tolong donk Mbak sudah enggak kuat neh" kata Mbak Ida memintaku buat mengakhiri permainanku.
Tanpa menjawab ku genjot lagi rudalku ke liang vagina Mbak Ida, Mbak Ida hanya bisa menjerit-jerit keenakan saja sambil menggeleng-gelengkan kepala karena sdudah lemas tubuhnya sehingga gerakkannya terbatas.
"Mbak mau keluar lagi nih sayang" kata Mbak Ida.
"Barengan yuk Mbak. Dony juga sudah mau keluar nih. Keluarin dimana" tanyaku sambil menahan nafas karena sudah menahan seluruh cairanku mengalir menuju rudalku.
"Didalam saja" kata Mbak Ida sambil menggoyang-goyangkan pantatnya
Kemudian ku genjot keluar masuk rudalku dengan cepat.
"Oughh.. lebih cepat sayang. Mbak sudah mau keluar nih" kata Mbak Ida sambil tubuhnya tegang siap-siap merasakan orgasme yang ke sembilannya.
Kemudian kurasakan liang vaginanya menyempit dan menjepit rudalku sehingga tak tertahankan lagi membanjir keluar seluruh cairan dari dalam tubuhku ke dalam liang vagina Mbak Ida.
"Ouaghh.." jerit Mbak Ida keras, sambil kurasakan ada semprotan hangat di kepala rudalku dari liang vagina Mbak Ida sehingga liang Mbak Ida banjir dengan air mani kami berdua.
Setelah agak lama kemudian kucabut rudalku dari liang vagina Mbak Ida. Lalu kepeluk tubuh Mbak Ida dan kucium jIdatnya dan kemudian aku berbaring disisi Mbak Ida untuk mengatur nafasku yang tak beraturan.
Setelah mandi bareng (satu ronde lagi di kamar mandi) kemudian kami berpakain dan menuju ke ruang tamu.
"Kamu panggil aja Mbak dengan nama Mbak lagian umur kita kan enggak beda jauh" kata Mbak Ida sambil mencium pipiku.
"Iya Mbak. Aku sudah 25 tahun nih" kataku.
"Kamu besok-besok masih mau kan main ama aku" kata Mbak Ida memulai biar lebih akrab.
"Tentu saja sayang. Siapa sih yang enggak mau ama tubuh sexy dan wajah yang manis seperti ini. Emang Ida nggak takut ketauan" kataku.
"Enggak donk. Orang disni sepi banget lagian anakku tidur di kamarnya sendiri jadi ada apa-apa di kamarku kan enggak bakal ketauan" kata Ida sambil mengedipkan mata.
"Oke deh. Kalau begitu aku pulang ke kostku dulu yaa" kataku sambil berdiri.
"Bentar. Kuantar kamu pulang" kata Mbak Ida sambil pergi mengambil kuci mobilnya.
Begitulah sampai sekarang aku hampir tiap malam kerumah Mbak Ida buat memuaskan nafsu Mbak Ida yang lama nggak tersalurkan. Akupun sampai-sampai hampir nggak sempat mengunjungi pacarku.